Berbeda Keyakinan?

hari ini aku merasa sangat lelah hingga tak punya niat untuk pindah dari kasur. malam yang sangat dingin karena angin berhembus melewati jendela kamar yang sengaja ku buka. perlahan aku mulai terlelap..

saat malam berganti pagi, aku mulai bangun dan bergegas berangkat ke kampus. kampusku lumayan jauh dari kosan jadi mau tak mau aku berangkat lebih awal dari jam masuk.

aku tak sengaja bertemu dengan seorang pria yang sudah lama ku kenal. sempat aku menyukainya tapi aku masih tak ingin membuka hati. hati ini masih penuh luka hingga aku tak ingin ada pria yang mengenai lukaku, dan membuat luka baru.

aku menegurnya, dia menatapku lama dan tanpa berkedip. aku mulai salah tingkah dan pergi meninggalkannya.

‘ah sial, kenapa dia menatapku seperti itu. membuatku salah tingkah saja. malu!’ kataku dalam hati sambil menutupi muka dengan kedua tanganku.

terdengar langkah kaki berderap, dan yap……..

‘hei, Icha kan? kenapa buru-buru?’ kata seorang pria yang semenit lalu ku sapa.

‘eh, iya.. hehe maaf ya aku buru-buru mau ke kelas. udah dulu ya.. dah..’ kataku. melihat jam yang memang sudah mepet.

‘selesai jam berapa? aku tunggu di kantin yaa..!’ katanya dengan sedikit berteriak.

‘iyaa.. tunggu aku dua jam lagi!’ kataku sedikit berteriak dan membalikkan badan ke arahnya sambil melambaikan tangan.

aku buru-buru masuk kelas.. jika saja dosen hari ini tak seram, mungkin aku sudah bersamanya dan menemaninya di kantin. sudahlah, nanti pasti ku temui.

dua jam pun berlalu dan aku bergegas menuju kantin untuk menemui seseorang yang sudah lama tak pernah bertemu. dia satu-satunya orang yang bisa membuatku jatuh cinta lagi.

‘hey, Sal. kelamaan ya nunggunya? maaf ya…..’

‘engga ko cha, tadi juga lagi ada urusan. ini baru aja duduk hehe..’ kata Faisal.

lama kami berbincang, ini itu. semuanya. kami hanya duduk ditemani secangkir teh dan kopi dan sedikit hidangan makanan kecil seperti roti bakar dan kentang goreng.

pasti menyenangkan jika aku merasakan seperti ini setiap hari.

lama kelamaan, dari hari ke hari, bulan ke bulan, dia mengatakan bahwa dia ingin membuatku bisa jatuh cinta lagi. tanpa dia berkata seperti itu pun aku sudah jatuh cinta dulu. yang jadi masalah adalah kami berbeda keyakinan.

aku berkata kepadanya, aku tidak bisa karena aku tidak akan pernah meninggalkan keyakinanku. aku lebih baik meninggalkan seseorang dari pada aku kehilangan Tuhan.

dia meninggalkanku

5 menit kemudian dia kembali dengan secarik kertas.

‘maaf aku tinggal sebentar tadi. aku meminta kertas dan meminjam pena di kasir. ini, apakah ini cukup?’ katanya dan menyodorkan kertas tersebut.

‘apa ini?’ aku bertanya pada Faisal. tak mengerti dengan kertas yang isinya hitungan angka.

‘ini hitungan uang untuk pernikahan kita. cukup?’

‘hey… jangan bingung… aku mencintaimu. aku ingin masuk ke keyakinanmu. bersamamu dan bersama Tuhanmu pasti akan menyenangkan. bersamamu dan bersama kehidupanmu juga pasti menyenangkan. bersamamu dan dengan bimbinganmu untuk lebih dekat dengan Tuhanmu pasti akan sangat menyenangkan. aku tidak ingin hanya memilihmu dan memaksamu untuk masuk ke keyakinanku. aku tidak ingin memilihmu, masuk ke keyakinanmu kemudian pindah ke keyakinanku lagi. menyakitkan jika keyakinan menjadi mainan. apalagi aku masuk keyakinanmu dan aku tak bertanggungjawab dengan pilihanku? aku tak ingin memilihmu hanya karena nafsu ingin memiliki. aku memilihmu karena kamu juga cinta dengan Tuhanmu, dan mengerti itu.’ katanya lagi dengan tersenyum dan mengusap pipiku.

aku menangis.. aku beruntung selama ini bersama orang yang benar-benar mencintaiku dan mencintai Tuhanku. berbeda keyakinan mungkin menjadi kendala dalam menjalin hubungan. tapi dengan keikhlasan dan mau belajar bertanggungjawab dengan pilihannya itu yang menjadi kunci. beberapa orang pasti tidak setuju dengan perbedaan, namun jika memang sanggup menjalani, niat, konsisten, bertanggungjawab dengan keyakinan yang dipilih dan tak menjadikan keyakinan sebagai mainan, aku rasa tidak masalah :)