Akhir Dari Tanda Tanya

Ada banyak hal yang tidak perlu kamu tahu. Simpan baik – baik rasa ingin tahumu. Itu akan jauh lebih baik.

Tak bisa dipungkiri lagi, setiap manusia pasti punya pertanyaannya sendiri – sendiri. Kapan punya keuangan yang stabil? Kapan bertemu jodoh? Kapan aku berada di lingkungan yang baik? Kapan orangtuaku bisa mendukung semua mimpi – mimpiku? Kapan bisa bahagia? Apa yang harus dilakukan?

Apakah semua pertanyaan itu salah? Kurasa tidak.

Tapi dengan begitu banyak pertanyaan seakan kita justru merasa kecil dan tidak berdaya. Apalagi dengan pertanyaan, “Kapan aku bisa bahagia?” Tanpa sadar, kita mencari bahagia di pasangan, teman, keluarga. Dan ketika mereka tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita hancur sendiri.

Bukankah bahagia itu ada didirimu sendiri? Segala tanya yang terlintas, sebenarnya kamu sudah tahu jawabannya. Kamu hanya tak berani melangkah.

“Kenapa begini? Kenapa begitu? Kenapa menyakitkan? Kenapa melegakan? Kenapa harus aku yang mengalami ini semua? Apa alasannya?”

Sungguh, apapun yang terjadi padamu, jalani saja. Tak perlu penjelasan. Ada banyak hal yang tidak perlu kita ketahui. Karena saat kamu tahu pun, kamu belum tentu bisa menerimanya.

Ini adalah akhir dari tanda tanya. Terima. Kamu akan baik – baik saja.

Semua Akan Jadi Biasa Saja

Petang mulai berbincang. Ingatan menusuk bagaikan adegan reka ulang. Menyisakan luka yang tercancang. Kau terduduk di sudut ruang, ingin menghilang.

Kawan – kawan duduk menepuk – nepuk punggungmu. Kau justru semakin tersedu. Sabar, katanya. Ikhlas, katanya. Kata yang tak ingin kau dengar, tapi mereka lontarkan begitu saja.

Tapi, apakah kau berharap ada seseorang yang hadir dan mengerti? Apakah kau berharap ada yang menjual sebuah pelukan? Atau kau berharap seseorang yang kau harapkan datang menemuimu dengan sebuah senyuman?

Tidak akan terjadi.

Kata orang, semua hanya butuh waktu. Justru waktu yang semakin membunuhmu. Semakin hari seperti berjalan di atas bara. Memar, berdarah.

Terjatuh dan hilang kendali. Patah sekujur tubuh hingga merangkakpun serasa ingin mati. Sudah cukup kau berfikir keras, bekerja keras hingga yang kau dapati tusukan menancap tepat di ulu hati. Memang benar, berusaha sekeras apapun belum tentu akan dihargai. Bisa jadi justru kau diludahi.

Katanya mendung akan segera hilang, terang akan segera datang.

Itu benar. Pada akhirnya kau merasa nyaman setelah kau berdamai dengan kenyataan. Dunia hanya sedang tidak paham bagaimana caramu berjuang. Atau mungkin memang bukan itu yang harusnya kau perjuangkan?

Semua akan jadi biasa saja. Kenangan – kenangan yang sudah terpatri tak akan hilang, tapi perlahan tersamarkan.

Semua akan jadi biasa saja, ketika mengingatnya, ketika mendengar namanya.

…….

Kau sudah tak ada rasa.

Teruntuk Masa Depanku

Teruntuk masa depanku..

Maaf jika aku terlambat menemukanmu. Masih banyak hal yang harus kuurus. Bukan, bukan karena aku masih bersama orang lain. Tapi ini tentang diriku sendiri. Masih ada luka yang belum sembuh tuntas. Masih ada trauma yang melekat kuat. Masih sering aku menyiksa diri. Rasanya aku tak pantas jika harus bertemu denganmu sekarang.

Kadang aku berkhayal tentangmu. Menjalani seumur hidupku denganmu. Keluarga yang harmonis, keuangan yang cukup, mertua yang baik, dan anak yang lucu nan pintar. Lucu sekali, padahal bertemu denganmu pun mungkin belum pernah. Bisa – bisanya aku berkhayal seperti ini.

Jika kita bertemu nanti, percakapan pertama yang kita bahas apa ya? Jika kita bertemu nanti, apa aku akan berfikir, “ini jodohku” seperti yang sering kulakukan? atau justru aku berfikir, “jangan sampai aku menikah dengan orang ini!”. Jika kita bertemu nanti, kamu orang yang seperti apa? mata bulat atau mata sipit? bibir tebal atau bibir tipis? emm.. rambut gondrong atau rambut rapi? stylemu seperti apa ya? badguy atau goodguy? lebih suka kopi, susu atau teh? ah, Tuhan aku penasaran!

Aku berdoa, jika aku bertemu denganmu nanti semoga kamu tidak berharap lebih terhadapku. Aku perempuan tidak sempurna, mungkin tidak menarik juga. Aku juga tak berharap lebih terhadapmu, aku terlalu sadar diri. Aku berharap, kamu tidak mananyakan kisah masalaluku. Semakin kamu bertanya, semakin aku merasa runtuh. Jauh sebelum bertemu denganmu, aku mengalami masa masa sulit di hidupku, aku sudah susah payah mengobati lukaku sendiri. Jadi jangan tanyakan apapun tentang itu. Kamu cukup melihat diriku yang sekarang. Aku juga akan melakukan hal yang sama padamu.

Maaf jika aku terlambat menemuimu. Maaf sudah membuatmu mencari dan menunggu kedatanganku.

Semoga kita bertemu di waktu yang tepat dengan versi terbaik kita.

Dari aku; perempuan yang sedang berjuang keluar dari ketidakwarasan.