Mungkin Aku Masih Ingin Seperti Ini

Iya, mungkin aku ingin seperti ini. Duduk diantara bangku taman yang kosong. Memandang jauh ke depan sana. Hanya diam dan memandangi titik jauh itu. Sesekali mengganti lagu di handphone.

Pandanganku semakin lama semakin kabur. Mungkin karena aku terlalu lelah memandang. Akhirnya ku putuskan untuk berkeliling taman. Kulihat sekeliling, ada yang sendiri, ada yang bersama keluarga, ada pula yang berdua. Aku mulai memalingkan muka melihat mereka yang hanya berdua. Antara iri, lelah, sedih, bercampur aduk menjadi satu.

Aku tak tau apa yang akan aku lakukan. Menghindarimu mungkin bukan cara yang baik. Tapi aku lelah. Mungkin aku sudah terbiasa sendiri dengan kesibukanku sendiri. Dan suatu saat aku pasti akan merindukan “kita”.

Tapi saat ini aku hanya ingin sendiri.. Menikmati setiap detik dengan kesendirian. Maaf..

Tulisan Ini Tentang Kita

Aku hanya ingin didengar walau tak sempat saling melihat..

Aku dan kamu duduk diantara jarak yang panjang. Menikmati pagi di tempat yang berbeda. Menikmati seduhan kopi buatan sendiri. Menikmati secercah cahaya kecil dari matahari. Pagi ini mendung, tertutup awan abu abu. Tapi kamu bilang di sana cerah. Aku tak peduli.

Aku akan menapakkan kakiku di sebuah kota kecil nan rapi. Dengan banyak pohon disepanjang jalan. Dan kamu akan menjejakkan kakimu di sebuah kota yang ramai dengan banyak kendaraan berlalu lalang juga banyak rambu dijalan.

Katamu disana menyenangkan, kataku disini lebih menyenangkan. Katamu disana banyak hiburan, kataku disini nyaman. Katamu disana indah, kataku disini istimewa.

Jarak memberi kita banyak ruang. Jarak memberi kita banyak perbedaan. Jarak memberi kita banyak pilihan. Jarak memberi kita waktu sendiri. Tentang aktivitas, tentang kebiasaan dan tentang cinta.

Kamu yang disibukkan dunia kerja, dan aku yang disibukkan tugas kuliah. Yang kita butuh hanya saling percaya.

Semakin lama kita berjarak, semakin banyak kepercayaan yang terkikis. Perlahan larut dan hilang. Semakin lama kamu tak mempercayaiku dengan sejuta pertanyaan dan makian di telepon genggamku.

Jarak yang awalnya membuatku banyak ruang, semakin lama menjadi kecil dan sempit. Tak tahu harus bagaimana aku bergerak dan bernafas dengan baik. Aku sudah tak punya jawaban atas pertanyaanmu, karna memang hanya itu jawabanku.

Kamu minta berakhir, aku bilang tak mau. Aku ingin memperbaiki, mungkin aku yang salah. Tapi setelah dijalani, semua berbeda. Sekarang aku yang tak mempercayaimu. Bukan karena seseorang, tapi karna kamu sendiri. Mengingat makianmu yang membuat aku benar benar sakit hati. Aku hanya takut jika kamu menjadikan hubungan kita sebagai taruhan, pelampiasan dan balas dendam. Aku tak tahu harus bagaimana. Kepercayaanku mulai luntur.. Pernahkah kamu melihatku berubah menjadi yang kamu inginkan?

Aku hanya ingin didengar walau tak sempat saling melihat..

Aku tak tahu bagaimana hubungan kita dimasa mendatang. Mungkin ada kalanya saat mendengar namamu aku bahagia, dan ada kalanya mendengar namamu aku biasa saja.
Ada kalanya ucapan sayangmu membuatku tersenyum dan ada kalanya ucapanmu membuatku diam.

Tak tahu bagaimana di masa depan, apa kita masih bersama atau tidak. Aku hanya ingin berjalan sesuai keinginan Tuhan. Entah Tuhan menginginkan kita menjalin cerita bersama atau tidak. Entah Tuhan menulis kisah kita di lembar yang sama atau di lembar yang berbeda. Entah Tuhan menginginkan kita tetap tersenyum dengan keadaan yang sama atau keadaan yang lebih baik.