Hampir Tiga Kali Aku Mau Bunuh Diri

Bertahun – tahun aku hidup dengan isi kepala yang berantakan. Dan dengan hidup yang asal – asalan. Hampir hilang selera makan, tidur tidak nyaman, sampai hilang selera hidup.

Sudah bertahun – tahun hidup dengan ketidakinginan. Aku bertanya – tanya, apa aku ini manusia yang tidak bersyukur? Atau aku manusia yang hanya ingin berada di episode bahagia – bahagia saja? Atau karena aku terjatuh terlalu lama sampai rasanya ingin keluar dari situasi ini?

Kata demi kata terucap sangat menancap ketika aku tidak mengikuti keinginannya. Apa ini namanya cinta? kata orang, cinta dan nafsu berbeda tipis. apakah sex menjadi satu – satunya alasan seseorang tetap tinggal? Sepertinya aku selalu ditinggal, dan diselingkuhi karena aku tidak bisa memenuhi keinginan ini. Aku merasa terpukul.

Semakin hari, semakin ingin bunuh diri saja. Tapi masih belum mati sampai sekarang. Mulai dari menyakiti diri sendiri, menabrakkan diri, tidak punya nafsu makan, sampai seorang teman memintaku untuk ke psikiater (lagi). Dulu aku pernah ke psikiater, tapi tidak ada hasil. Lalu sekarang aku diminta ke psikiater di salah satu rumah sakit besar di Semarang. Dan aku diberi obat depresi oleh dokterku. Wah…. aku seperti orang gila yaa… Padahal diluar terlihat seperti baik – baik saja. Otaknya saja yang ramai sampai tidak tahu kata mana yang harusnya keluar dulu. eh, sekali keluar, meledak – ledak.

Sudah hampir satu minggu aku tidak bisa tidur nyenyak, tiap malam terbangun dan tidak bisa tertidur lagi sampai besok malamnya lagi. Badan sakit semua dan aku jadi terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Biasanya pagi atau siang rasanya cemas berlebihan sampai tidak bisa konsentrasi kerja. Keringat dingin, kaki dan tangan bergerak tidak bisa diam, dan jantung yang berdegup sangat kencang. Aku sungguh tersiksa.. Obat.. aku butuh obatku lagi… tidak. mati.. aku ingin mati saja.

Terjadi Lagi

Selalu saja aku terjebak pada harapan – harapanku terhadap orang – orang yang aku sayangi. sepertinya aku berada di siklus yang sama bertahun – tahun ini. Kadang dijunjung tinggi kemudian dibanting habis – habisan.

Kata – kata yang tak bisa dipegang dan menusuk, perasaan yang dibolak – balik, apakah selama ini aku baik – baik saja diperlakukan seperti ini? Apakah aku setidak menyenangkan itu untuk dijadikan masa depan? Kalimat yang dulu sering kali terdengar, saat ini terdengar lagi. Jika memang aku tidak membuat bahagia, lantas kenapa ingin bersamaku? Kamu hebat sekali membuatku semakin merasa kecil dan tidak layak.

Pastikan dulu perasaanmu, baru melangkah padaku. Aku tidak ingin “jalani aja dulu”. Kita sudah bukan anak kecil kan? Aku punya masa depan dan aku juga punya kesempatan. kamu pun begitu. Jadi, pastikan dulu baik – baik. Aku bisa menunggu, tapi pastikan bahwa penantianku tidak sia – sia.