Pesan Untuk Ibu

Usiaku semakin bertambah. Kehidupan semakin berganti. Teringat 20 tahun yang lalu aku masih berlarian tanpa beban. Tiap jatuh dari sepeda, ayah ibu selalu bilang, “anak ayah jagoan, anak ibu kuat, gapapa, ga sakit, ayo bangun lagi” Tapi setelah dewasa, aku menyadari bahwa aku tidak sekuat itu. Anakmu cengeng. Sangat cengeng. Kadang aku sangat ingin jadi orang yang tidak punya rasa. Rasa iba, rasa senang, rasa sedih, rasa cemas, rasa peduli. Rasa – rasa ini terlalu menyulitkanku bu.

Bu, sulitkah merawatku selama ini? Anakmu masih sering semaunya sendiri. Pulang malam tak tahu aturan. Sering membantah banyak hal. Apakah ibu menyesal telah melahirkanku?

Bu, maaf.. waktu untuk kita berbicara semakin sedikit. Aku sudah terlalu sibuk dengan duniaku sendiri, bu. Ada banyak hal yang ibu tak tahu. Banyak hal yang sudah terjadi. Malam dan seluruh isi kamarku sudah menjadi saksi beratnya aku menahan tangis agar tak terdengar olehmu.

Bu, maaf.. karena aku sudah begitu depresi. sudah beberapa kali aku mencoba bunuh diri, tapi ibu tak tahu apa – apa. ibu hanya melihatku baik – baik saja. Bu, anakmu pintar sekali menyembunyikan semuanya. Ibu.. aku sudah tak kuat.. apalagi yang perlu ku lakukan bu? semua yang orang bilang sudah kucoba. Ibu, aku ingin teriak sekencang – kencangnya, ingin menangis sejadi-jadinya..

Bu.. aku ingin ada seseorang yang terus bersamaku. Membantuku bangkit, membantuku pulih, menguatkanku setiap aku merasa tak ingin hidup dan terus mengatakan semua baik – baik saja, hari ini. Sampai keesokan harinya. Keesokan harinya lagi. Begitu seterusnya, sampai aku bangun dan tersadar bahwa aku sudah melewati semuanya.