Entah, khayalanku masih sama seperti 2 tahun lalu. Masih berharap hari itu datang. Saat aku berharap kamu tau perasaanku. Saat aku berharap kamu membalasnya dan saat perjuangan itu dimulai.

Aku terlalu berharap pada hal yang tidak seharusnya aku harapkan. Mengharapkan aku bisa bersamamu.

Seharusnya aku tak berkhayal seperti itu dengan posisimu yg sudah dimiliki dia. Kamu terlihat bahagia bersamanya. Aku bisa apa?

Seharusnya aku bisa bahagia melihat kamu tersenyum bersamanya, tapi nyatanya tidak. Senyummu bersamanya seperti kebahagiaanku yg dibunuh. Aku hampir tak bisa membedakan arti air mataku. Menyesal ataukah ketidakterimaanku. Entahlah.

Aku selalu berkhayal tentangmu. Tentang kamu yang selalu ada untukku, menikmati sunset dan sunrise bersama di rumah idaman. Makan bersama, menikmati hari hari bersama, tertawa bersama. Menghapus air mataku. Selalu ada bahu untuk bersandar. Selalu ada kamu yang bersedia menggendongku saat aku lelah berjalan. Menghapus ice cream di tanganku. Menyibak rambutku dan menaruhnya dibelakang telingaku. SEMUA.

Dan tersadar, ternyata hanya khayalan yg tak akan jadi nyata. Kamu, dengan semua duniamu, tak akan pernah ada aku dibagian bahagiamu.

Diam

Aku menangis
Aku menangis seperti tangisan anak kecil
Aku tak tau apa yang aku tangisi. Kehilangan, kesalahan atau kesunyian
Aku takut apa yang akan aku hadapi dengan semua keadaan ini
Aku selalu merengek, “aku tak mau disini bu, pak”
Semua terjadi begitu saja, tentang kepergianku dan keputusanku yang menuruti keinginan orangtuaku
Perlahan, cobaan datang padaku. Banyak. Dan aku hanya diam.